Senin, 08 Oktober 2012

pidato mtq


PEMUDA ISLAM, BANGKITLAH!!!

بسْم الله الرحْمٰن الرحيْم
السّلام عليْكم ورحْمة الله وبركاتة
الحمْد لله ... الحمْد لله ربِّ العالميْن ، وبه نسْتعيْن وعلى اموْر الدنْيا والديْن
والصلاة والسلام على أشْرف الأنْبياء والمرْسليْن ، سيّدنا محمّد وعلى اٰله وصحْبه أجْمعيْن
أمّا بعْد
Pertama dan yang paling utama, marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmatnya kepada kita semua, sehingga kita bisa berkumpul di tempat ini. Shalawat dan Salam, tak lupa pula kita curahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW

Dewan hakim yang kami hormati,
Bapak, ibu dan hadirin rahimakumullah
Siapapun yang mengkaji sejarah da’wah Islam yang dipimpin oleh para nabi, akan menemukan bahwa pemuda menjadi tulang inti kekuatan perjuangan da’wah. Al-Qur’an banyak bercerita tentang kisah-kisah agung para pemuda. Dari Nabi Ibrahim AS yang cerdas dan kritis terhadap kemapanan ideoligi yang telah menyesatkan kaumnya, Nabi Daud AS yang berhasil membunuh Jalut sang tiran hanya dengan ketapel, Nabi Yusuf AS dengan kecerdasan dan keteguhan imannya, ataupun kisah pemuda kahfi yang rela mengasingkan diri demi mempertahankan aqidah, sampai kisah Rasulullah Muhammad SAW muda, sosok sempurna yang bergelar Al Amin. Bahkan seorang ulama pernah berkata:

“Sesungguhnya, tampilnya Islam karena tampilnya ummat, dan sesungguhnya tampilnya ummat karena tampilnya para pemuda. Dan tampilnya para pemuda karena kebaikan akhlaknya”
Mengingat betapa pentingnya peran pemuda terhadap umat ini, maka topik yang akan kita bahas dalam syarahanan kali ini adalah Pemuda Islam, Bangkitlah!, dengan landasan surah An-Nisa ayat 9 berikut:

وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا
 artinya :
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.

Jika ingin mengetahui bacaan selanjutnya, silahkan klik disinie.... 



Dewan hakim yang kami hormati,
Bapak, ibu dan hadirin sekalian, khususnya para pemuda yang diberkahi Allah
            Kata وَلْيَخْشَ merupakan kata perintah. Kaidah mengatakan, pada asalnya suatu perintah adalah wajib. Oleh karena itu, wajib kepada kita, saya, bapak, ibu dan kita semua merasa takut jika meninggalkan anak-anak, keturunan, dan generasi penerus yang lemah. Padahal, pemuda adalah orang-orang yang menentukan hitam-putih, serta baik-buruknya wajah peradaban kita dimasa depan. Adapun kelemahan tersebut adalah lemah dari segi akidah, pendidikan, pengetahuan, da’wah, pengorganisasian dan akhlak. Jika kelemahan-kelemahan ini terus melekat pada umat Islam, terutama pada generasi muda, maka kita akan terus berada dalam ketertinggalan dari umat dan bangsa lain. Kita akan selalu memiliki sifat rendah diri dan terkesan inferior dihadapan orang lain. Dan kelemahan yang paling berbahaya dari seluruh kelemahan tersebut adalah kelemahan akidah. Karena kelemahan akidahlah yang membuat hati menjadi kecut, akhlak menjadi buruk dan pikiran selalu kalut.
Maka, adalah tugas setiap elemen masyarakat untuk bersinergi dan mengupayakan terbentuknya generasi penerus yang berkualitas. Tugas tersebut dimulai dengan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi terbinanya generasi pemuda yang sholih. Oleh sebab itu, para orang tua berkewajiban untuk mendidik anak mereka dengan tuntunan yang islami, para ulama berkewajiban untuk memberikan siraman dan bimbingan rohani, serta pemerintah berkewajiban untuk mengupayakan sistem pendidikan yang baik. Semua itu agar para pemuda memiliki akidah yang lurus dan akhlak yang mulia sebagai bekal dalam melanjutkan estafet da’wah dan pembangunan bangsa.

Dewan hakim yang kami hormati,
Bapak, ibu dan hadirin sekalian, khususnya para pemuda rahimakumullah
Da’wah yang dibawa oleh rasulullah Muhammad SAW 14 abad yang lalu, pertama kali disambut dan diusung oleh para pemuda brilian. Diantaranya, ada Ali bin Abi Thalib, pemuda ceria yang menjadi lautan ilmu pengetahuan yang telah masuk Islam dalam usia 10 tahun. Ada Mush’ab bin Umair yang dalam usia 20 tahun, sukses menjadi duta da’wah pertama ke Madinah dan menyiapkan Madinah sebagai tempat hijrah umat Islam. Ada pula Usamah bin Zaid yang dalam usia 17 tahun tampil sebagai panglima perang termuda dalam sejarah dengan membawahi sahabat-sahabat senior. Dan masih banyak pemuda brilian lainya. Para pemuda tersebut adalah orang-orang yang telah ditempa oleh rasulullah menjadi orang-orang yang memiliki akidah yang lurus, akhlak terpuji, berilmu luas serta tak pernah takut untuk mengungkapkan kebenaran. Merekalah salah satu rahasia besar keberhasilan da’wah Islam dimasa awal.
Demikian pula di negeri kita tercinta, Indonesia. Dalam setiap masa, para pemuda, khususnya pemuda Islam, telah mencatatkan kisah kepahlawanan mereka dengan tinta emas dalam lembar-lembar sejarah bangsa. Di periode menuju kemerdekaan, para pemuda Islam turut memberikan andil dengan mendirikan organisasi modern seperti Syarikat Islam, dan Jong Islamaiten Bond. Kemudian, pasca proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, para pemuda Islam maju menyambut seruan jihad yang diserukan oleh Hadratusy Syaikh, KH Hasyim Asy’ari, untuk melawan Belanda yang ingin kembali menjajah dengan membentuk Laskar Hizbullah dan Sabilillah. Dan sumbangsih para pemuda Islam tersebut terus diberikan hingga saat ini diberbagai aspek dan sektor kehidupan.
Lalu, bagaimanakah para pemuda masa depan menyikapi kenyataan, ketika perjuangan mereka belum berhasil atau tidak sesuai dengan harapan? Dalam surah At Taubah ayat 105 Allah memberi bimbingannya sebagai berikut:
وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

 Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.


Dewan hakim yang kami hormati,
Bapak, ibu dan hadirin sekalian, khususnya para pemuda rahimakumullah

Firman Allah tersebut mewajibkan kepada kita untuk bekerja, tanpa mempedulikan hasil akhir. Kita hanya diperintahkan oleh Allah untuk terus berkontribusi karena yang akan menilai hasil dari pekerjaan kita adalah Allah, Rasul-Nya dan orang-orang beriman. Tentu saja tidak asal bekerja, namun dengan terus memperbaiki dan meningkatkan kapasitas diri. Dr Muhammad Sulaiman Al-Asqari dalam Zubdat at-Tafsir Min Fath al-Qadir mengungkapkan, bekerjalah sesuai dengan skill dan profesi masing-masing. Sehingga tidak ada istilah pengangguran bagi pemuda. Karena masa mereka adalah masa yang seharusnya diisi dengan produktifitas amal, baik amal duniawi dan juga amal ukhrawi.

Akan bagaimana masa depan agama dan bangsa ini, kita para generasi muda sebagai jawabannya. Oleh sebab itu giatlah bekerja, tekunlah berusaha, tuntutlah ilmu, carilah kekayaan, hindari pergaulan yang tidak baik, jauhkan dari obat-obat terlarang dan minum-minuman keras, serta kuasailah tekhnologi, karena itulah yang akan menjadi bekal di hari tua.

Jika para pemuda Islam telah dapat mengambil perannya dalam proses pembangunan bangsa, maka masyarakat madani yang pernah dibangun oleh Rasulullah di Madinah 14 abad yang lalu, bukan mustahil dapat kita wujudkan di negeri kita. Jika kita berusaha dengan serius untuk membentuk masyarakat madani yang dengannya kita dapat menerapkan setiap perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, ber’amar ma’ruf nahi munkar, menghormati yang tua dan menyayangi yang muda, Insya Allah, kita bisa menghadirkan kembali kondisi masyarakat selayaknya masyarakat Madinah di Zaman Rasulullah sebagaimana janji Allah di dalam surah Al-A’raaf ayat 96, sebagai berikut:

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالأرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
artinya :
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.

Demikianlah masyarakat madani yang dibentuk dengan warna Islam. Mereka mentaat dalam hati yang hangat, ketika Allah dan Rasul telah mengikat. Mereka berlari penuh motivasi, mengejar inovasi mengelola nikmat-nikmat Ilahi. Mereka menyelami lautan karunia Allah dengan kejernihan tahmid, kebeningan syukur dan kemurnian pengabdian. Pendeknya, kata Leopold Weiss dalam The Road to Macca, Islam memberikan rangsangan yang luar biasa dahsyat demi penyelesaian kultural yang menyusun salah satu halaman sejarah paling membanggakan dalam tarikh umat manusia.

Demikian syarahan yang dapat kami sampaikan. Jika ada kebenaran, maka itu datangnya dari Allah SWT semata. Namun, jika ada kesalahan itu lahirnya dari diri kami yang dhoif serta penuh dengan salah dan khilaf.
والله الموفق الى اقوام الطر  ق
ايّاه نعْبد وايّاه نسْتعيْن
و السلام عليْكم ورحْمة الله وبركاته

2 komentar: