PEMUDA ISLAM, BANGKITLAH!!!
بسْم
الله الرحْمٰن الرحيْم
السّلام
عليْكم ورحْمة الله وبركاتة
الحمْد لله ... الحمْد لله ربِّ العالميْن ، وبه نسْتعيْن
وعلى اموْر الدنْيا والديْن
والصلاة والسلام على أشْرف الأنْبياء والمرْسليْن ، سيّدنا
محمّد وعلى اٰله وصحْبه أجْمعيْن
أمّا بعْد
Pertama dan yang paling utama, marilah kita
panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmatnya
kepada kita semua, sehingga kita bisa berkumpul di tempat ini. Shalawat dan
Salam, tak lupa pula kita curahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad
SAW
Dewan
hakim yang kami hormati,
Bapak,
ibu dan hadirin rahimakumullah
Siapapun yang mengkaji sejarah da’wah Islam yang
dipimpin oleh para nabi, akan menemukan bahwa pemuda menjadi tulang inti kekuatan
perjuangan da’wah. Al-Qur’an banyak bercerita tentang kisah-kisah agung para
pemuda. Dari Nabi Ibrahim AS yang cerdas dan kritis terhadap kemapanan ideoligi
yang telah menyesatkan kaumnya, Nabi Daud AS yang berhasil membunuh Jalut sang
tiran hanya dengan ketapel, Nabi Yusuf AS dengan kecerdasan dan keteguhan
imannya, ataupun kisah pemuda kahfi yang rela mengasingkan diri demi
mempertahankan aqidah, sampai kisah Rasulullah Muhammad SAW muda, sosok
sempurna yang bergelar Al Amin. Bahkan seorang ulama pernah berkata:
“Sesungguhnya, tampilnya Islam
karena tampilnya ummat, dan sesungguhnya tampilnya ummat karena tampilnya para
pemuda. Dan tampilnya para pemuda karena kebaikan akhlaknya”
Mengingat betapa pentingnya peran pemuda terhadap
umat ini, maka topik yang akan kita bahas dalam syarahanan kali ini adalah “Pemuda Islam, Bangkitlah!”, dengan
landasan surah An-Nisa ayat 9 berikut:
وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً
ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا
artinya :
Dan hendaklah
takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka
anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka.
Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka
mengucapkan perkataan yang benar.
Jika ingin mengetahui bacaan selanjutnya, silahkan klik disinie....
Jika ingin mengetahui bacaan selanjutnya, silahkan klik disinie....
Dewan
hakim yang kami hormati,
Bapak,
ibu dan hadirin sekalian, khususnya para pemuda yang diberkahi Allah
Kata وَلْيَخْشَ
merupakan kata perintah. Kaidah
mengatakan, pada asalnya suatu perintah adalah wajib. Oleh karena itu, wajib
kepada kita, saya, bapak, ibu dan kita semua merasa takut jika meninggalkan
anak-anak, keturunan, dan generasi penerus yang lemah. Padahal, pemuda adalah
orang-orang yang menentukan hitam-putih, serta baik-buruknya wajah peradaban
kita dimasa depan. Adapun kelemahan tersebut adalah lemah dari segi akidah,
pendidikan, pengetahuan, da’wah, pengorganisasian dan akhlak. Jika
kelemahan-kelemahan ini terus melekat pada umat Islam, terutama pada generasi muda,
maka kita akan terus berada dalam ketertinggalan dari umat dan bangsa lain. Kita
akan selalu memiliki sifat rendah diri dan terkesan inferior dihadapan orang
lain. Dan kelemahan
yang paling berbahaya dari seluruh kelemahan tersebut adalah kelemahan akidah.
Karena kelemahan akidahlah yang membuat hati menjadi kecut, akhlak menjadi
buruk dan pikiran selalu kalut.
Maka, adalah tugas setiap elemen
masyarakat untuk bersinergi dan mengupayakan terbentuknya generasi penerus yang
berkualitas. Tugas tersebut dimulai dengan menciptakan lingkungan yang kondusif
bagi terbinanya generasi pemuda yang sholih. Oleh sebab itu,
para orang tua
berkewajiban untuk mendidik anak mereka dengan tuntunan yang islami, para ulama
berkewajiban untuk memberikan siraman dan bimbingan rohani, serta pemerintah
berkewajiban untuk mengupayakan sistem pendidikan yang baik. Semua itu agar
para pemuda memiliki akidah yang lurus dan akhlak yang mulia sebagai bekal
dalam melanjutkan estafet da’wah dan pembangunan bangsa.
Dewan
hakim yang kami hormati,
Bapak,
ibu dan hadirin sekalian, khususnya para pemuda rahimakumullah
Da’wah yang dibawa oleh
rasulullah Muhammad SAW 14 abad yang lalu, pertama kali disambut dan diusung
oleh para pemuda brilian. Diantaranya, ada Ali bin Abi Thalib, pemuda ceria
yang menjadi lautan ilmu pengetahuan yang telah masuk Islam dalam usia 10
tahun. Ada Mush’ab bin Umair yang dalam usia 20 tahun, sukses menjadi duta
da’wah pertama ke Madinah dan menyiapkan Madinah sebagai tempat hijrah umat
Islam. Ada pula Usamah bin Zaid yang dalam usia 17 tahun tampil sebagai
panglima perang termuda dalam sejarah dengan membawahi sahabat-sahabat senior. Dan
masih banyak pemuda brilian lainya. Para
pemuda tersebut adalah orang-orang yang telah ditempa oleh rasulullah menjadi
orang-orang yang memiliki akidah yang lurus, akhlak terpuji, berilmu luas serta
tak pernah takut untuk mengungkapkan kebenaran. Merekalah salah satu rahasia
besar keberhasilan da’wah Islam dimasa awal.
Demikian pula di negeri kita
tercinta, Indonesia. Dalam setiap masa, para pemuda, khususnya pemuda Islam,
telah mencatatkan kisah kepahlawanan mereka dengan tinta emas dalam
lembar-lembar sejarah bangsa. Di periode menuju kemerdekaan, para pemuda Islam
turut memberikan andil dengan mendirikan organisasi modern seperti Syarikat Islam, dan Jong Islamaiten Bond. Kemudian, pasca proklamasi kemerdekaan 17
Agustus 1945, para pemuda Islam maju menyambut seruan jihad yang diserukan oleh
Hadratusy Syaikh, KH Hasyim Asy’ari, untuk melawan Belanda yang ingin kembali
menjajah dengan membentuk Laskar Hizbullah dan Sabilillah. Dan sumbangsih para pemuda Islam tersebut terus diberikan hingga saat
ini diberbagai aspek dan sektor kehidupan.
Lalu, bagaimanakah para pemuda
masa depan menyikapi kenyataan, ketika perjuangan mereka belum berhasil atau
tidak sesuai dengan harapan? Dalam surah At Taubah ayat 105 Allah memberi
bimbingannya sebagai berikut:
وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ
وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ
بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan
Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan
dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata,
lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.
Dewan
hakim yang kami hormati,
Bapak,
ibu dan hadirin sekalian, khususnya para pemuda rahimakumullah
Firman Allah tersebut mewajibkan kepada kita untuk
bekerja, tanpa mempedulikan hasil akhir. Kita hanya diperintahkan oleh Allah
untuk terus berkontribusi karena yang akan menilai hasil dari pekerjaan kita
adalah Allah, Rasul-Nya dan orang-orang beriman. Tentu saja tidak asal bekerja,
namun dengan terus memperbaiki dan meningkatkan kapasitas diri. Dr Muhammad
Sulaiman Al-Asqari dalam Zubdat at-Tafsir Min Fath al-Qadir mengungkapkan, bekerjalah sesuai dengan skill dan
profesi masing-masing. Sehingga tidak ada istilah pengangguran bagi pemuda.
Karena masa mereka adalah masa yang seharusnya diisi dengan produktifitas amal,
baik amal duniawi dan juga amal ukhrawi.
Akan bagaimana masa depan agama dan bangsa ini, kita
para generasi muda sebagai jawabannya. Oleh sebab itu giatlah bekerja, tekunlah
berusaha, tuntutlah ilmu, carilah kekayaan, hindari pergaulan yang tidak baik,
jauhkan dari obat-obat terlarang dan minum-minuman keras, serta kuasailah
tekhnologi, karena itulah yang akan menjadi bekal di hari tua.
Jika para pemuda Islam telah dapat mengambil
perannya dalam proses pembangunan bangsa, maka masyarakat madani yang pernah dibangun
oleh Rasulullah di Madinah 14 abad yang lalu, bukan mustahil dapat kita
wujudkan di negeri kita. Jika kita berusaha dengan serius untuk membentuk
masyarakat madani yang dengannya kita dapat menerapkan setiap perintah Allah
dan menjauhi larangan-Nya, ber’amar ma’ruf nahi munkar, menghormati yang tua
dan menyayangi yang muda, Insya Allah, kita bisa menghadirkan kembali kondisi
masyarakat selayaknya masyarakat Madinah di Zaman Rasulullah sebagaimana janji
Allah di dalam surah Al-A’raaf ayat 96, sebagai berikut:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا
عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالأرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا
فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
artinya :
Jikalau
sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka
mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya.
Demikianlah masyarakat madani yang dibentuk dengan
warna Islam. Mereka mentaat dalam hati yang hangat, ketika Allah dan Rasul
telah mengikat. Mereka berlari penuh motivasi, mengejar inovasi mengelola
nikmat-nikmat Ilahi. Mereka menyelami lautan karunia Allah dengan kejernihan
tahmid, kebeningan syukur dan kemurnian pengabdian. Pendeknya, kata Leopold
Weiss dalam The Road to Macca, Islam
memberikan rangsangan yang luar biasa dahsyat demi penyelesaian kultural yang
menyusun salah satu halaman sejarah paling membanggakan dalam tarikh umat
manusia.
Demikian syarahan yang dapat kami sampaikan. Jika
ada kebenaran, maka itu datangnya dari Allah SWT semata. Namun, jika ada
kesalahan itu lahirnya dari diri kami yang dhoif serta penuh dengan salah dan
khilaf.
والله الموفق الى اقوام
الطر ق
ايّاه نعْبد وايّاه
نسْتعيْن
و السلام عليْكم ورحْمة الله وبركاته
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusbangkit lah pemuda islam
BalasHapus